"Kakak gendut ih..."
"Nggak!"
"Lihat tuh pahanya, pantatnya, ebol-ebol.."
"Nggak! Aku nggak mau gendut! Nanti jelek kayak Fishleg!"
Maafkan bahasa saya ya, pembaca yang budiman. Itu adalah cuplikan percakapan saya sama si bocil kalau saya lagi kumat usilnya. Anak saya ngga terima kalau dia dibilang gendut. Padahal ngga ada yang ngajarin kalau gendut itu jelek. Lihat saja ibunya ini, gendut juga kok! Pernah suatu kali, ada tetangga main ke rumah Utinya. Si tetangga ini biasalah jarang melihat si bocil.
"Ih, mbak Sita... Gendut ya sekarang..."
"Huh! Kamu pulang sanah!" buka pintu, terus melipat tangan di depan dada.
Jeng!Jeng!Jeng!
Ngga ada yang mengajari untuk seperti itu. Etapi melipat tangan itu duplikasi yang sama kalau saya sebagai ibunya sedang 'mendisiplinkan' dia sih... Ha-ha-ha.
Sebenernya si bocil ini ngga gendut, semok kalau kata orang. Mantep, kenceng, begitu bahasa lainnya. Saya akui, untuk fisiknya memang agak besar dibandingkan umur seusianya. Si bocil disejajarkan sama mbak sepupunya yang kelas 1 SD berbeda 3 tahun saja badannya besarnya sama, hanya saja si Mbak tinggian sedikit. Olala... Makanya kalau beli baju untuk si bocil, saya selalu mencari ukuran untuk 5 tahun. Orang banyak yang bertanya, makan apa si bocil badannya bisa sekel? (bahasa apa lagi ini?)
Makan nasi seperti bapak ibunyalah.
Iya serius, saya mah ngga ada menu aneh-aneh buat membesarkan anak saya. Bahkan semenjak dia mulai makan, saya tidak pernah ambil pusing untuk melihat timbangannya. Yang penting dalam sehari keperluan karbo, protein, mineral, vitamin, dan kalsiumnya terpenuhi. Saya juga ngga memaksa anak saya makan banyak, tapi secukupnya. Secukupnya itu satu centong tidak menggunung, ditambah sayur dan lauk secukupnya. Untuk cemilan, saya menyediakan macam-macam sih, wafer, roti, coklat, dan terutama buah. Nah, buah ini yang menjadi cemilan utama. Coklat, wafer, roti malah yang makan oomnya, ayahnya, akungnya, ibunya... #eh
Buah. Semenjak punya bocil saya menjadi pemakan buah. Dulu, saya makan buah, hanya kalau disediakan, atau kalau dikupaskan, atau kalau disodorin ke depan saya, baru saya makan buah. Sekarang, saya yang mengupas, saya yang menyiapkan, saya juga yang menyuapkan. Porsi makan buah si bocil ini memang agak banyak dibandingkan teman-temannya (sumber info dari ibunya masing-masing). Pepaya Cali ukuran kecil bisa habis dikonsumsi dia sendiri sebagai cemilan seharian. Alpukat mentega ukuran sedang untuk sekali cemilan. 1/4 melon ukuran sedang, porsi sekali makan. Pisang Cavendish 1 yang besar, porsi sekali makan. Kelengkeng 1/4 kilo porsi sekali ngemil. Mangga arum manis besar, juga porsi sekali ngemil. Bahkan ketika jam ngemilnya terlalu dekat dengan makan utama pun, makan utamanya mesti habis. Dia juga hobi minum susu. Rutin pula minum madu. Banyak makan, gerakannya juga banyak. Kadang saya pikir, agak hiperaktif nih bocil, diem cuma kalo tidur sama nonton tipi. Menonton pun masih dibarengi joged-joged dan nyanyi-nyanyi. Saya rasa itu semua yang mendukung terbentuknya badan bocil saya yang berotot.
Sejauh ini sih nggak ada buah yang ditolak sama Sita. Apa yang saya sodorkan, itu yang dia makan. Kalau ditolak itu karena dia bosan. Ha-ha-ha. Cuma satu yang belum saya tawarkan, NANAS. Mengapa? Karena saya ngga bisa makan nanas, kecuali sudah jadi selai, apalagi sudah jadi kue nastar #eh
Seingat saya, saya ngga alergi sama nanas. Teteapi saya ngga pernah merasakan enak setiap kali makan nanas. Setiap kali makan nanas, langit-langit mulut saya akan gatal tiada terkira. Seperti alergi. Maka dari itu saya tidak pernah lagi makan nanas, kecuali sudah jadi selai, apalagi sudah jadi kue nastar #eh
Saya akan meneruskan kebiasaan makan buah ini sampai bocil besar. Supaya pencernaannya lancar. Supaya vitamin dan mineral tubuhnya terpenuhi. Supaya dia ngga gendut kayak Fishleg. Olala.....
Kapan ya saya mengenalkan nanas ke si bocil?
XOXO,
Selamat makan siang semua.
Jangan lupa makan buah!
"Nggak!"
"Lihat tuh pahanya, pantatnya, ebol-ebol.."
"Nggak! Aku nggak mau gendut! Nanti jelek kayak Fishleg!"
Maafkan bahasa saya ya, pembaca yang budiman. Itu adalah cuplikan percakapan saya sama si bocil kalau saya lagi kumat usilnya. Anak saya ngga terima kalau dia dibilang gendut. Padahal ngga ada yang ngajarin kalau gendut itu jelek. Lihat saja ibunya ini, gendut juga kok! Pernah suatu kali, ada tetangga main ke rumah Utinya. Si tetangga ini biasalah jarang melihat si bocil.
"Ih, mbak Sita... Gendut ya sekarang..."
"Huh! Kamu pulang sanah!" buka pintu, terus melipat tangan di depan dada.
Jeng!Jeng!Jeng!
Ngga ada yang mengajari untuk seperti itu. Etapi melipat tangan itu duplikasi yang sama kalau saya sebagai ibunya sedang 'mendisiplinkan' dia sih... Ha-ha-ha.
Sebenernya si bocil ini ngga gendut, semok kalau kata orang. Mantep, kenceng, begitu bahasa lainnya. Saya akui, untuk fisiknya memang agak besar dibandingkan umur seusianya. Si bocil disejajarkan sama mbak sepupunya yang kelas 1 SD berbeda 3 tahun saja badannya besarnya sama, hanya saja si Mbak tinggian sedikit. Olala... Makanya kalau beli baju untuk si bocil, saya selalu mencari ukuran untuk 5 tahun. Orang banyak yang bertanya, makan apa si bocil badannya bisa sekel? (bahasa apa lagi ini?)
Makan nasi seperti bapak ibunyalah.
Iya serius, saya mah ngga ada menu aneh-aneh buat membesarkan anak saya. Bahkan semenjak dia mulai makan, saya tidak pernah ambil pusing untuk melihat timbangannya. Yang penting dalam sehari keperluan karbo, protein, mineral, vitamin, dan kalsiumnya terpenuhi. Saya juga ngga memaksa anak saya makan banyak, tapi secukupnya. Secukupnya itu satu centong tidak menggunung, ditambah sayur dan lauk secukupnya. Untuk cemilan, saya menyediakan macam-macam sih, wafer, roti, coklat, dan terutama buah. Nah, buah ini yang menjadi cemilan utama. Coklat, wafer, roti malah yang makan oomnya, ayahnya, akungnya, ibunya... #eh
Buah. Semenjak punya bocil saya menjadi pemakan buah. Dulu, saya makan buah, hanya kalau disediakan, atau kalau dikupaskan, atau kalau disodorin ke depan saya, baru saya makan buah. Sekarang, saya yang mengupas, saya yang menyiapkan, saya juga yang menyuapkan. Porsi makan buah si bocil ini memang agak banyak dibandingkan teman-temannya (sumber info dari ibunya masing-masing). Pepaya Cali ukuran kecil bisa habis dikonsumsi dia sendiri sebagai cemilan seharian. Alpukat mentega ukuran sedang untuk sekali cemilan. 1/4 melon ukuran sedang, porsi sekali makan. Pisang Cavendish 1 yang besar, porsi sekali makan. Kelengkeng 1/4 kilo porsi sekali ngemil. Mangga arum manis besar, juga porsi sekali ngemil. Bahkan ketika jam ngemilnya terlalu dekat dengan makan utama pun, makan utamanya mesti habis. Dia juga hobi minum susu. Rutin pula minum madu. Banyak makan, gerakannya juga banyak. Kadang saya pikir, agak hiperaktif nih bocil, diem cuma kalo tidur sama nonton tipi. Menonton pun masih dibarengi joged-joged dan nyanyi-nyanyi. Saya rasa itu semua yang mendukung terbentuknya badan bocil saya yang berotot.
Sejauh ini sih nggak ada buah yang ditolak sama Sita. Apa yang saya sodorkan, itu yang dia makan. Kalau ditolak itu karena dia bosan. Ha-ha-ha. Cuma satu yang belum saya tawarkan, NANAS. Mengapa? Karena saya ngga bisa makan nanas, kecuali sudah jadi selai, apalagi sudah jadi kue nastar #eh
Seingat saya, saya ngga alergi sama nanas. Teteapi saya ngga pernah merasakan enak setiap kali makan nanas. Setiap kali makan nanas, langit-langit mulut saya akan gatal tiada terkira. Seperti alergi. Maka dari itu saya tidak pernah lagi makan nanas, kecuali sudah jadi selai, apalagi sudah jadi kue nastar #eh
Saya akan meneruskan kebiasaan makan buah ini sampai bocil besar. Supaya pencernaannya lancar. Supaya vitamin dan mineral tubuhnya terpenuhi. Supaya dia ngga gendut kayak Fishleg. Olala.....
Kapan ya saya mengenalkan nanas ke si bocil?
XOXO,
Selamat makan siang semua.
Jangan lupa makan buah!
Kebalikan anakku ya... Banyak yang bilang mereka kurus, padahal ya kalo timbang ya termasuk dibatas atas usianya. Tp mereka gak pernah ngeluh sih masalah dikatain gt. Oia, buah anak-anak suka walau anak pertama saya sedikit pemilih, tp nggak rutin tiap hari ada.
ReplyDeleteIya, padahal ya ngga gendut sih.. Seneng aja aku mah ngusilin dia... Hehehe.
DeleteNah kalo aku sih wajib ada mbak buah di rumah... Hehehe. Terima kasih sudah berkunjung...
Ah, senangnya dari kecil si bocil sudah dikenalkan buah dan dia juga suka buah. Jangan kayak aku yang baru sadar dan senang makan buah justru pas sudah tua begini. Huft.
ReplyDeleteLah ya sami... Hahaha.
DeleteZahir pemilih kalau makan buah. Senangnya Sita makan buahnya gak pilih-pilih. :))
ReplyDeletelebih kepada apapun yg disuapin emaknya (apalagi disambi main) pasti masuk :)))
DeleteSaya baru ngeh dgn tokoh fishleg itu, saya ga begitu hapal nama karakter2nya padahal itu salah satu film favorit saya
ReplyDeleteSoal buah nenas, saya sependapat pokoknya. Hidup nastar! 🤘