Aku memimpikanmu, Sayang...
Aku memimpikan sesuatu yang aku hindari.
Kita bertemu Sayang,
di dalam mimpi. Nyata sekali.
Seperti yang kau inginkan.
Aaahh,
bahkan panggilan 'sayang' pun sudah seharusnya tidak kuucapkan.
Sudah menjadi tabu. Karena kita bukan siapa-siapa lagi.
Aku bertemu denganmu.
Di dalam mimpi. Seperti yang kau kehendaki.
Kau langsung menghampiriku di dalam mimpi seketika kau menemukanku.
Di perempatan jalan. Entahlah itu dimana.
Aku mengikutimu dan membiarkan semuanya berlalu.
Akhirnya kita bertemu,
begitu katamu.
Aku masih ingat ketika kita bertemu pertama kali setelah kamu bilang cinta.
Seperti itulah matamu menatapku di dalam mimpi.
Penuh rindu. Penuh kasih. Penuh... ah, mungkin saja, juga cinta.
Bagaimana keadaanmu? Tanyamu padaku.
Ah, ini juga di dalam mimpi.
Aku bukan aku yang pertama kali menerima dirimu.
Aku hanya tersenyum, dengan susah payah.
Aku tidak bisa melihatmu yang menatapku seperti waktu itu.
Ah, mungkin aku yang terlalu jujur dalam memperlihatkan perasaanku.
Marah. Kesal. Kecewa. Sebal. Benci.
Salahmu tidak merespon perasaanku yang sangat kompleks.
Salahmu dulu malah lari dan tidak memelukku.
Jangan bilang aku tidak pernah bilang padamu aku orang yang kompleks.
Akhirnya aku memilih diam.
Dan lama kelamaan, sikap kita membuat segalanya menjadi asing.
Aku dan kamu, dua orang asing.
Mengapa sekarang?
Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan hidup.
Walaupun tanpa keberadaanmu.
Serius. Mengapa sekarang?
Bahkan kamu belum bisa memenuhi janjimu sendiri.
Aku tidak mengerti mengapa wajahmu begitu kesepian.
Begitu merindukan sesuatu.
Begitu kehilangan sesuatu.
Sekaligus mengharapkan sesuatu.
Tangan ini sangat ingin mendekap wajah di dalam mimpi itu.
Sangat ingin. Namun dia tidak bergerak, tidak satu tanganpun.
Matamu mulai menciptakan lapisan bening ketika milikku sendiri mengalir deras.
Biasanya kamu akan menghapusnya dengan ujung jarimu.
Tersenyum ringan. Lalu mengatakan kalau aku menangisi hal yang tidak penting.
Tapi kali ini tidak, kamu tersenyum penuh penyesalan.
Aaah, lagi-lagi ini hanya mimpi.
Mimpi ini sungguh mengerikan.
Kamu terlihat sangat menginginkanku.
Sekaligus tidak berani untuk meminta.
Sedangkan aku sendiri sudah tetap dengan keputusanku.
Aku tidak menginginkan kita bersama lagi.
Keputusan yang dulu menjadi keputusanmu.
Jodoh ada di tangan Tuhan, katamu.
Aku tidak bisa berkata-kata.
Seakan area Broca ku hilang begitu saja.
Kamu mengatakan hal yang seharusnya sudah kau katakan sejak lama.
Aku melihat diriku menggelengkan kepala.Keputusanku sudah bulat.
Wajahmu semakin muram. Tapi kamu tersenyum.
Kamu bilang tidak apa-apa.
Ah, aku tidak bisa berhenti menangis.
Kamu merengkuhku, Sayang.
Kamu tidak lari.
Bahkan kamu mengecupku khidmat.
Seperti untuk yang terakhir kali.
Ah, aku tersadar, kamu lakukan itu di dalam mimpi.
Aku tidak seharusnya memanggilmu 'sayang' bahkan di dalam mimpi.
Aku memimpikanmu tadi pagi.
Seakan-akan memberi tahu padaku apa yang akan terjadi pada kita.
Dan aku tidak akan lagi memanggilmu 'sayang'.
200810. 22:08
Note:
gara-gara mimpi tadi pagi nih!
semoga cuma bunga tidur....
tapi sebenernya cukup mengganggu pikiran sampai akhirnya saya buat juga limpahan perasaan saya.
oiya, jangan jadi Voldemort donk! >:)
Aku memimpikan sesuatu yang aku hindari.
Kita bertemu Sayang,
di dalam mimpi. Nyata sekali.
Seperti yang kau inginkan.
Aaahh,
bahkan panggilan 'sayang' pun sudah seharusnya tidak kuucapkan.
Sudah menjadi tabu. Karena kita bukan siapa-siapa lagi.
Aku bertemu denganmu.
Di dalam mimpi. Seperti yang kau kehendaki.
Kau langsung menghampiriku di dalam mimpi seketika kau menemukanku.
Di perempatan jalan. Entahlah itu dimana.
Aku mengikutimu dan membiarkan semuanya berlalu.
Akhirnya kita bertemu,
begitu katamu.
Aku masih ingat ketika kita bertemu pertama kali setelah kamu bilang cinta.
Seperti itulah matamu menatapku di dalam mimpi.
Penuh rindu. Penuh kasih. Penuh... ah, mungkin saja, juga cinta.
Bagaimana keadaanmu? Tanyamu padaku.
Ah, ini juga di dalam mimpi.
Aku bukan aku yang pertama kali menerima dirimu.
Aku hanya tersenyum, dengan susah payah.
Aku tidak bisa melihatmu yang menatapku seperti waktu itu.
Ah, mungkin aku yang terlalu jujur dalam memperlihatkan perasaanku.
Marah. Kesal. Kecewa. Sebal. Benci.
Salahmu tidak merespon perasaanku yang sangat kompleks.
Salahmu dulu malah lari dan tidak memelukku.
Jangan bilang aku tidak pernah bilang padamu aku orang yang kompleks.
Akhirnya aku memilih diam.
Dan lama kelamaan, sikap kita membuat segalanya menjadi asing.
Aku dan kamu, dua orang asing.
Mengapa sekarang?
Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan hidup.
Walaupun tanpa keberadaanmu.
Serius. Mengapa sekarang?
Bahkan kamu belum bisa memenuhi janjimu sendiri.
Aku tidak mengerti mengapa wajahmu begitu kesepian.
Begitu merindukan sesuatu.
Begitu kehilangan sesuatu.
Sekaligus mengharapkan sesuatu.
Tangan ini sangat ingin mendekap wajah di dalam mimpi itu.
Sangat ingin. Namun dia tidak bergerak, tidak satu tanganpun.
Matamu mulai menciptakan lapisan bening ketika milikku sendiri mengalir deras.
Biasanya kamu akan menghapusnya dengan ujung jarimu.
Tersenyum ringan. Lalu mengatakan kalau aku menangisi hal yang tidak penting.
Tapi kali ini tidak, kamu tersenyum penuh penyesalan.
Aaah, lagi-lagi ini hanya mimpi.
Mimpi ini sungguh mengerikan.
Kamu terlihat sangat menginginkanku.
Sekaligus tidak berani untuk meminta.
Sedangkan aku sendiri sudah tetap dengan keputusanku.
Aku tidak menginginkan kita bersama lagi.
Keputusan yang dulu menjadi keputusanmu.
Jodoh ada di tangan Tuhan, katamu.
Aku tidak bisa berkata-kata.
Seakan area Broca ku hilang begitu saja.
Kamu mengatakan hal yang seharusnya sudah kau katakan sejak lama.
Aku melihat diriku menggelengkan kepala.Keputusanku sudah bulat.
Wajahmu semakin muram. Tapi kamu tersenyum.
Kamu bilang tidak apa-apa.
Ah, aku tidak bisa berhenti menangis.
Kamu merengkuhku, Sayang.
Kamu tidak lari.
Bahkan kamu mengecupku khidmat.
Seperti untuk yang terakhir kali.
Ah, aku tersadar, kamu lakukan itu di dalam mimpi.
Aku tidak seharusnya memanggilmu 'sayang' bahkan di dalam mimpi.
Aku memimpikanmu tadi pagi.
Seakan-akan memberi tahu padaku apa yang akan terjadi pada kita.
Dan aku tidak akan lagi memanggilmu 'sayang'.
200810. 22:08
Note:
gara-gara mimpi tadi pagi nih!
semoga cuma bunga tidur....
tapi sebenernya cukup mengganggu pikiran sampai akhirnya saya buat juga limpahan perasaan saya.
oiya, jangan jadi Voldemort donk! >:)