Wow!
It was a long time ago, a month, since my last posting. R u still there reader to wait for my fussy thoughts?
Let's hope so!
Hari ini saya mau menulis dengan gaya yang agak sedikit berbeda. Saya akan menggunakan kata 'aku' di dalam tulisan ini karena mungkin isi tulisannya sedikit penting dan mungkin akan terlukiskan perasaannya kalau pake kata 'aku'. Emang kamu mau cerita apa sih? Hmm...Silakan baca kelanjutannya kalau begitu!
====================================================================
Aku sekarang sedang dalam keadaan tak menentu sejak tertanggal 19 Desember kemarin. Apa sebab gerangan? Tanggal 19 Desember kemarin itu aku wawancara sama pihak petinggi dari kantor BPS Propinsi. Yes! Aku lulus tahap seleksi tertulis dari bulan November kemarin itu (tanggalnya lupa, yang jelas setelah Harry Potter 7 P1 main di bioskop). Dan sedari tanggal itu sampai detik ini aku menulis, aku agak deg-deg-an nggak jelas sebenernya. Antara ada dan tiada. Dan kondisi seperti ini tu biasanya memicu kemalasan luar biasa yang diawali sindrom-sindrom kebosanan. Apalagi tidak ada pekerjaan yang biasa kulakukan di Bandung, misalnya jam klinik atau entry data, atau sekedar berkunjung ke toko buku (haha. Yeah!).
Mari kita review apa yang terjadi di hari tanggal 19 itu.
Aku berangkat dari rumah setengah 8, setelah sehari sebelumnya terus terganggu dengan wejangan-wejangan entah itu dari papa atau ibuku. (Yes, they somehow insist me to get this job!) Waktu itu bener-bener bikin stres, maksudku, aku bukan stres dengan interview yang akan kujalani. Aku stres dengan segala masukan, nasihat, dan embel-embel dari papaku. Yah, gini-gini kan kerjaanku tiap hari wawancara orang juga di klinik. (Hadeuh!). Bangun subuh dan siap-siap, berangkatlah setengah 8.
Sampai di tempat, kantor BPS sementara yang ada di dekat SMAku, melihat ada pesertayang juga diantar oleh ayahnya dan ayahnya tidak segera pergi, Papaku menawarkan "Mau ditungguin nggak mbak?", Hell no! "Nggak usah, papa ke kantor aja.", kataku kalem. Sendirilah aku.
Sudah banyak yang datang peserta lainnya dan sedang sibuk mengisi biodata sebanyak 3 lembar. Banyak banget!, pikirku kan... Tulis tangan semua, dan nggak disediakan ruangan. Jadi kita semua mengisi seadanya di bangku seadanya di kantor yang juga seadanya itu. Huft... Biodata pertama aku mengisinya sambil berdiri, lalu ada yang sudah selesai barulah bergantian duduk. Fiuh. Setelah selesai mengisi biodata aku melihat-lihat papan pengumuman dan ada tercetak disana urutan wawancara. Setelah mengobservasi kanan kiri depan belakang saya tahu dari pembicaraan rekan-rekan kompetitor kalau dapat jatahnya satu jam per orang. Maaaak! Saya lihat lagi urutan wawancara saya, orang keenam, kedua sebelum terakhir! Wawancara dimulai pukul 9, yang artinya giliranku jam 2an paling cepet. Hix! Akhirnya aku pergi bermain-main dahulu ke SMAku dulu itu. Niatnya cuma mau say hai sama adik-adik yang ramai di chat room FB, dan kemudian menjadi pertemuantak terduga sama salah satu guruku, yang juga ibunya orang itu. Another story of it lah, kita cerita wawancara ini dulu.
Jadi giliran wawancaraku itu sekitar jam dua atau tiga. Kembali dari main di SMA dan makan siang jam 2.15 siang., berharap kalau ternyata aku belum dipanggil. Sampai di kantornya, save! Dan ternyata oh ternyata, papa sudah menunggu disana. (Bener-bener berasa anak TK dijemput deh! :[ ). Baru duduk 10 menitan, ternyata langsung dipanggil setelah seorang laki-laki keluar dari ruang empat, tempat wawancaraku. Fiiuuhhh...Bismillah...
Masuk. Ada tiga orang, dua bapak-bapak, satu ibu-ibu yang giginya agak (maaf ya bu) maju, tapi dengan kacamatanya ibunya terlihat pintar! Kemudian bapak-bapak yang di tengah juga ganteng, dan....oke! Bukan ini yang mau diomongin. Hahaha. :))
Dimulai dengan perkenalan. Sesi tanya jawab langsung dimulai dengan menanyakan seputar pekerjaan yang aku lakukan di Bandung saat ini. Panjang lebar aku ceritakan. Bapaknya cuma manggut-manggut (mungkin mikir, 'ni itee satu banyak omong bgt deh!') Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah tentang kebangsaan, kewarganegaraan, keIndonesiaan, kePancasilaan, dan teman-temannya. Yang mana kalau secara teori aku pasti dapat nilai sempurna (yaiyalah, emak gue guru PKn aja gitu...). Aku ditanya soal binheka tunggal ika, bendera bangsa, rasa nasionalismeku, terus tentang kesukuan yang suka dibawa-bawa dalam keadaan apapun, sampai tentang pandangan tentang PNS yang ditampilkan sebagai sosok yang tidak loyal dan produktif. Wow! Kurasa sih, aku menjawab dengan cukup baik ya...Aku nggak suka kalau ada orang mengkotak-kotak-an orang lain, misalnya pernyataan seperti ini "Dia orang padang sih makanya pelit!", atau "Dia orang Lampung sih, makanya matre!" *no offense*. Dan aku lebih nggak suka sama yang begini, "Gue kan orang Jawa, jadi harus nerima aja apa kata orang.", atau "Gue kan orang Sumatra, jadi kalo gue kasar wajar donk!" Hell No! Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung itu bener banget, tapi masa sisi kemanusiaan dari si pendatang juga dilupakan? Nonsense buat aku. Perumpaman lain adalah ketika senior di sekolah atau kampus merasa lebih memiliki kampus/sekolah karena dia duluan disitu, dan junior hanya boleh mengikuti adat mereka. Hell No Again! Buatku, senior itu yang punya rumah bener, tapi junior sebagai tamu berhak untuk mendapatkan perlakukan sebagai teman baru donk...
Lalu soal PNS tidak produktif itu jawabannya sangat gampang! Di keluargaku tidak pernah ada contoh tentang PNS korup, disloyal, dan tidak produktif. Semua bekerja dengan porsi tugas masing-masing dan aku nggak pernah liat orang tua maupun bude-pakde-ku tidak produktif. Jadi image itu, tergantung oknumnya. Aku senyum lebar, karena si ibu yang bertanya padaku nampak puas dengan jawabanku dengan gerakan manggut-manggutnya.
Sesi kedua berkisar mengenai pekerjaan dan minatku dengan ilmu yang kuambil saat aku kuliah, psikologi, Kali ini iternya adalah bapak yang ditengah, yang ganteng! :P Pertanyaan standar sih kalau kubilang, tapi mendalam, mereka ingin tahu sedetil-detilnya tentang pekerjaan yang pernah kulakukan. Nggak cuma masalah sih, organisasi, masalah-masalah kuliah-organisasi-skripsi, penyelesaian masalahku, konflik-konflik dengan teman, musuhan dengan teman, menghadapi supervisor. Dan kurasa semuanya bisa kujawab dengan apik! Karena bapaknya sampai bertanya seperti ini, "Ada nggak kira-kira masalah lain yang menyulitkan langkah Anda kemarin-kemarin, soalnya nih ya, keliatannya Anda dari tadi senang-senang saja dan tidak terlalu mengalami konflik yang sampai memeras otak, apapun, diluar skripsi." Nyaliku sempet ciut sih, karena selama ini selalu aku jawab skripsi adalah masa-masa tersulitku, padahal nggak juga, karena toh aku menyelesaikan skripsiku kurang lebih enam bulan dihitung bersih! *damn!* Jawabanku adalah PERCINTAAN, I dont believe myself that i did answer that! (thanks mr.B for the unbelievable relationship we've been through~~ Hoooeexx!) Sudah. Sudah. Sudah lewat. Sudah nggak pernah terlintas lagi kok, sumpah! :P
Bapak yang ketiga, awalnya si bapak lebih banyak diam dan memperhatikan jalannya sesi wawancara, akhirnya mendapatkan giliran untuk bertanya. Pertanyaan yang diberikan si bapak seputar keahlian yang aku pelajari selama kuliah, lalu etika dan janji psikologi yang sudah pernah kuambil, dan beberapa pertanyaan seputar konseling. Sejauh ini aku merasa semua jawabanku baik-baik saja. Anehnya, ketika ditanya kualitas apa yang harus dimiliki seorang konselor dan aku menjawab hanya 5, si bapak bilang ada 9! Nah lho...Nampaknya buku acuan yang dipake saya ketika kuliah dan panduan wawancaranya berbeda. LoL. Ya sudahlah...
Setelah selesai semua sesi pertanyaan, aku keluar setelah mengucapkan terima kasih dan harapan-harapan bapak ibu tersebut kalau-kalau aku diterima. Setelah keluar, aku melihat jam tanganku, wow~ Satu jam lebih! (agak-agak wth sih mikirnya...lol). Dan kalau kupikir-pikir, aku lumayan cerewet juga di dalam tadi. penyebabnya cuma satu, Iter-iternya kebanyakan bilang coba ceritakan, apa yang kamu lakukan, seperti apa situasinya, yang kalau dipikir-pikir itu memancing jawaban obrolan. Padahal kata papaku, giliran sebelumku mungkin hanya setengah jam di dalam! Great! Jadi kalau sampai gagal, mungkin gara-gara aku kebanyakan cerita! LoL. Atau kompetitor lain lebih oke kualitasnya. Ya sudahlah... Sekarang sih aku berharapnya nggak mau muluk-muluk. Aku lulus dengan baik, karena nggak jadi kuliah S2, aku pengen kerja di tempat yang baik juga lillahi ta'ala (mau PNS kek, mau Swasta kek...tapi masih pengin kerja di biro psikologi yang bonafid sih...)
Kalau menurut kalian? Lulus nggak aku dengan cerita tersebut di atas?
Sekarang, sehari lagi sebelum tanggal yang dijanjikan untuk pengumuman, tiba-tiba aku merasa deg-deg-an dari dua hari yang lalu. Padahal sebelum-sebelumnya ya masih biasa sajaaaa....hihiw. Haduuuuu....kayak manalah ini! (logat Lampung) Kumaha ieuyeuh....(logat sunda) Ealah Gusti nu Agung...(logat jawa medok)
Mana tadi pas pulang kantor si Papa seenak-enaknya bilang, "Mbak, belum ada lho di internetnya itu pengumumannya...", WHAAAAAAAATTT??? Yaiyalah Pap! Tanggal berapa ini....huh! :( bikin tambah deg-deg-an sahaja. Hadu, hadu, hadu, hadu, "bare with it" pun nggak bisa mengatasi aura kecemasan tingkat tinggi yang kerasa di rumah! Mau nggak mau ya aku kebawa cemas juga! cih.
Kalau sampai aku lulus, tadi pagi sih nazarnya puasa 10 hari. Ya Allah, tolong dengarkan doa orang-orang yang mendoakan hamba ya Allah. Soalnya aku doanya belum apal ya Allah, jadi doanya nggak bisa panjang-panjang. Aku tau Engkau pasti mendengar doa setiap hambaMu, dan kabulkanlah doa yang ini ya Allah. Aku doanya jalan yang paling baik sahaja ya Allah. Lulus disini jadi, harus kerja di luar kota juga nggak apa-apa. Jalan yang apaling engkau ridhoi sahaja ya Allah... Amien.
======================================================================
Nah, berhubung ini sudah magrib, dan nampaknya gorengan oncom di belakang sudah matang, saya sudahi saja dulu celotehan saya kali ini.
Selamat solat magrib buat yang solat!
Happy Reading All!
:D
Next : Tips-tips untuk wawancara, resensi film, review buku. Kalau inetnya lancar seperti sekarang. :P
It was a long time ago, a month, since my last posting. R u still there reader to wait for my fussy thoughts?
Let's hope so!
Hari ini saya mau menulis dengan gaya yang agak sedikit berbeda. Saya akan menggunakan kata 'aku' di dalam tulisan ini karena mungkin isi tulisannya sedikit penting dan mungkin akan terlukiskan perasaannya kalau pake kata 'aku'. Emang kamu mau cerita apa sih? Hmm...Silakan baca kelanjutannya kalau begitu!
====================================================================
Aku sekarang sedang dalam keadaan tak menentu sejak tertanggal 19 Desember kemarin. Apa sebab gerangan? Tanggal 19 Desember kemarin itu aku wawancara sama pihak petinggi dari kantor BPS Propinsi. Yes! Aku lulus tahap seleksi tertulis dari bulan November kemarin itu (tanggalnya lupa, yang jelas setelah Harry Potter 7 P1 main di bioskop). Dan sedari tanggal itu sampai detik ini aku menulis, aku agak deg-deg-an nggak jelas sebenernya. Antara ada dan tiada. Dan kondisi seperti ini tu biasanya memicu kemalasan luar biasa yang diawali sindrom-sindrom kebosanan. Apalagi tidak ada pekerjaan yang biasa kulakukan di Bandung, misalnya jam klinik atau entry data, atau sekedar berkunjung ke toko buku (haha. Yeah!).
Mari kita review apa yang terjadi di hari tanggal 19 itu.
Aku berangkat dari rumah setengah 8, setelah sehari sebelumnya terus terganggu dengan wejangan-wejangan entah itu dari papa atau ibuku. (Yes, they somehow insist me to get this job!) Waktu itu bener-bener bikin stres, maksudku, aku bukan stres dengan interview yang akan kujalani. Aku stres dengan segala masukan, nasihat, dan embel-embel dari papaku. Yah, gini-gini kan kerjaanku tiap hari wawancara orang juga di klinik. (Hadeuh!). Bangun subuh dan siap-siap, berangkatlah setengah 8.
Sampai di tempat, kantor BPS sementara yang ada di dekat SMAku, melihat ada pesertayang juga diantar oleh ayahnya dan ayahnya tidak segera pergi, Papaku menawarkan "Mau ditungguin nggak mbak?", Hell no! "Nggak usah, papa ke kantor aja.", kataku kalem. Sendirilah aku.
Sudah banyak yang datang peserta lainnya dan sedang sibuk mengisi biodata sebanyak 3 lembar. Banyak banget!, pikirku kan... Tulis tangan semua, dan nggak disediakan ruangan. Jadi kita semua mengisi seadanya di bangku seadanya di kantor yang juga seadanya itu. Huft... Biodata pertama aku mengisinya sambil berdiri, lalu ada yang sudah selesai barulah bergantian duduk. Fiuh. Setelah selesai mengisi biodata aku melihat-lihat papan pengumuman dan ada tercetak disana urutan wawancara. Setelah mengobservasi kanan kiri depan belakang saya tahu dari pembicaraan rekan-rekan kompetitor kalau dapat jatahnya satu jam per orang. Maaaak! Saya lihat lagi urutan wawancara saya, orang keenam, kedua sebelum terakhir! Wawancara dimulai pukul 9, yang artinya giliranku jam 2an paling cepet. Hix! Akhirnya aku pergi bermain-main dahulu ke SMAku dulu itu. Niatnya cuma mau say hai sama adik-adik yang ramai di chat room FB, dan kemudian menjadi pertemuan
Jadi giliran wawancaraku itu sekitar jam dua atau tiga. Kembali dari main di SMA dan makan siang jam 2.15 siang., berharap kalau ternyata aku belum dipanggil. Sampai di kantornya, save! Dan ternyata oh ternyata, papa sudah menunggu disana. (Bener-bener berasa anak TK dijemput deh! :[ ). Baru duduk 10 menitan, ternyata langsung dipanggil setelah seorang laki-laki keluar dari ruang empat, tempat wawancaraku. Fiiuuhhh...Bismillah...
lulus, nggak, lulus, nggak, lulus aja deh! |
Masuk. Ada tiga orang, dua bapak-bapak, satu ibu-ibu yang giginya agak (maaf ya bu) maju, tapi dengan kacamatanya ibunya terlihat pintar! Kemudian bapak-bapak yang di tengah juga ganteng, dan....oke! Bukan ini yang mau diomongin. Hahaha. :))
Dimulai dengan perkenalan. Sesi tanya jawab langsung dimulai dengan menanyakan seputar pekerjaan yang aku lakukan di Bandung saat ini. Panjang lebar aku ceritakan. Bapaknya cuma manggut-manggut (mungkin mikir, 'ni itee satu banyak omong bgt deh!') Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah tentang kebangsaan, kewarganegaraan, keIndonesiaan, kePancasilaan, dan teman-temannya. Yang mana kalau secara teori aku pasti dapat nilai sempurna (yaiyalah, emak gue guru PKn aja gitu...). Aku ditanya soal binheka tunggal ika, bendera bangsa, rasa nasionalismeku, terus tentang kesukuan yang suka dibawa-bawa dalam keadaan apapun, sampai tentang pandangan tentang PNS yang ditampilkan sebagai sosok yang tidak loyal dan produktif. Wow! Kurasa sih, aku menjawab dengan cukup baik ya...Aku nggak suka kalau ada orang mengkotak-kotak-an orang lain, misalnya pernyataan seperti ini "Dia orang padang sih makanya pelit!", atau "Dia orang Lampung sih, makanya matre!" *no offense*. Dan aku lebih nggak suka sama yang begini, "Gue kan orang Jawa, jadi harus nerima aja apa kata orang.", atau "Gue kan orang Sumatra, jadi kalo gue kasar wajar donk!" Hell No! Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung itu bener banget, tapi masa sisi kemanusiaan dari si pendatang juga dilupakan? Nonsense buat aku. Perumpaman lain adalah ketika senior di sekolah atau kampus merasa lebih memiliki kampus/sekolah karena dia duluan disitu, dan junior hanya boleh mengikuti adat mereka. Hell No Again! Buatku, senior itu yang punya rumah bener, tapi junior sebagai tamu berhak untuk mendapatkan perlakukan sebagai teman baru donk...
Lalu soal PNS tidak produktif itu jawabannya sangat gampang! Di keluargaku tidak pernah ada contoh tentang PNS korup, disloyal, dan tidak produktif. Semua bekerja dengan porsi tugas masing-masing dan aku nggak pernah liat orang tua maupun bude-pakde-ku tidak produktif. Jadi image itu, tergantung oknumnya. Aku senyum lebar, karena si ibu yang bertanya padaku nampak puas dengan jawabanku dengan gerakan manggut-manggutnya.
Sesi kedua berkisar mengenai pekerjaan dan minatku dengan ilmu yang kuambil saat aku kuliah, psikologi, Kali ini iternya adalah bapak yang ditengah, yang ganteng! :P Pertanyaan standar sih kalau kubilang, tapi mendalam, mereka ingin tahu sedetil-detilnya tentang pekerjaan yang pernah kulakukan. Nggak cuma masalah sih, organisasi, masalah-masalah kuliah-organisasi-skripsi, penyelesaian masalahku, konflik-konflik dengan teman, musuhan dengan teman, menghadapi supervisor. Dan kurasa semuanya bisa kujawab dengan apik! Karena bapaknya sampai bertanya seperti ini, "Ada nggak kira-kira masalah lain yang menyulitkan langkah Anda kemarin-kemarin, soalnya nih ya, keliatannya Anda dari tadi senang-senang saja dan tidak terlalu mengalami konflik yang sampai memeras otak, apapun, diluar skripsi." Nyaliku sempet ciut sih, karena selama ini selalu aku jawab skripsi adalah masa-masa tersulitku, padahal nggak juga, karena toh aku menyelesaikan skripsiku kurang lebih enam bulan dihitung bersih! *damn!* Jawabanku adalah PERCINTAAN, I dont believe myself that i did answer that! (thanks mr.B for the unbelievable relationship we've been through~~ Hoooeexx!) Sudah. Sudah. Sudah lewat. Sudah nggak pernah terlintas lagi kok, sumpah! :P
Bapak yang ketiga, awalnya si bapak lebih banyak diam dan memperhatikan jalannya sesi wawancara, akhirnya mendapatkan giliran untuk bertanya. Pertanyaan yang diberikan si bapak seputar keahlian yang aku pelajari selama kuliah, lalu etika dan janji psikologi yang sudah pernah kuambil, dan beberapa pertanyaan seputar konseling. Sejauh ini aku merasa semua jawabanku baik-baik saja. Anehnya, ketika ditanya kualitas apa yang harus dimiliki seorang konselor dan aku menjawab hanya 5, si bapak bilang ada 9! Nah lho...Nampaknya buku acuan yang dipake saya ketika kuliah dan panduan wawancaranya berbeda. LoL. Ya sudahlah...
Setelah selesai semua sesi pertanyaan, aku keluar setelah mengucapkan terima kasih dan harapan-harapan bapak ibu tersebut kalau-kalau aku diterima. Setelah keluar, aku melihat jam tanganku, wow~ Satu jam lebih! (agak-agak wth sih mikirnya...lol). Dan kalau kupikir-pikir, aku lumayan cerewet juga di dalam tadi. penyebabnya cuma satu, Iter-iternya kebanyakan bilang coba ceritakan, apa yang kamu lakukan, seperti apa situasinya, yang kalau dipikir-pikir itu memancing jawaban obrolan. Padahal kata papaku, giliran sebelumku mungkin hanya setengah jam di dalam! Great! Jadi kalau sampai gagal, mungkin gara-gara aku kebanyakan cerita! LoL. Atau kompetitor lain lebih oke kualitasnya. Ya sudahlah... Sekarang sih aku berharapnya nggak mau muluk-muluk. Aku lulus dengan baik, karena nggak jadi kuliah S2, aku pengen kerja di tempat yang baik juga lillahi ta'ala (mau PNS kek, mau Swasta kek...tapi masih pengin kerja di biro psikologi yang bonafid sih...)
Kalau menurut kalian? Lulus nggak aku dengan cerita tersebut di atas?
Sekarang, sehari lagi sebelum tanggal yang dijanjikan untuk pengumuman, tiba-tiba aku merasa deg-deg-an dari dua hari yang lalu. Padahal sebelum-sebelumnya ya masih biasa sajaaaa....hihiw. Haduuuuu....kayak manalah ini! (logat Lampung) Kumaha ieuyeuh....(logat sunda) Ealah Gusti nu Agung...(logat jawa medok)
Mana tadi pas pulang kantor si Papa seenak-enaknya bilang, "Mbak, belum ada lho di internetnya itu pengumumannya...", WHAAAAAAAATTT??? Yaiyalah Pap! Tanggal berapa ini....huh! :( bikin tambah deg-deg-an sahaja. Hadu, hadu, hadu, hadu, "bare with it" pun nggak bisa mengatasi aura kecemasan tingkat tinggi yang kerasa di rumah! Mau nggak mau ya aku kebawa cemas juga! cih.
Kalau sampai aku lulus, tadi pagi sih nazarnya puasa 10 hari. Ya Allah, tolong dengarkan doa orang-orang yang mendoakan hamba ya Allah. Soalnya aku doanya belum apal ya Allah, jadi doanya nggak bisa panjang-panjang. Aku tau Engkau pasti mendengar doa setiap hambaMu, dan kabulkanlah doa yang ini ya Allah. Aku doanya jalan yang paling baik sahaja ya Allah. Lulus disini jadi, harus kerja di luar kota juga nggak apa-apa. Jalan yang apaling engkau ridhoi sahaja ya Allah... Amien.
======================================================================
Nah, berhubung ini sudah magrib, dan nampaknya gorengan oncom di belakang sudah matang, saya sudahi saja dulu celotehan saya kali ini.
Selamat solat magrib buat yang solat!
Happy Reading All!
:D
Next : Tips-tips untuk wawancara, resensi film, review buku. Kalau inetnya lancar seperti sekarang. :P